Bisnis

Kenaikan Harga Minyak Akibat Perang Iran: Analisis Menyeluruh

43
Kenaikan Harga Minyak Akibat Perang Iran: Analisis Menyeluruh

1. Latar Belakang Konflik

Pada pertengahan Juni 2025, ketegangan memuncak saat Israel melancarkan serangkaian serangan udara ke fasilitas nuklir Iran, diikuti oleh serangan balasan rudal oleh Iran ke pangkalan militer AS di Qatar . Konflik tersebut menimbulkan kekhawatiran global, karena Iran mengancam menutup Selat Hormuz—jalur vital bagi sekitar 20% pasokan minyak dunia entri.app+3people.com+3nypost.com+3.

2. Dampak Langsung terhadap Harga Minyak

  1. Lonjakan Harga Mendadak
    • Brent naik 7–11% menjadi sekitar $76–77/barrel, sedangkan WTI menyentuh $73–74/barrel, setelah serangan terjadi entri.app.
    • Awal kenaikan terjadi saat tanggapan militer Iran, namun harga bisa kembali turun setelah pasar mencatat situasi masih terkendali .
  2. Tingginya Risk Premium
    Trader menambahkan premi risiko sekitar $10–15/barrel akibat kekhawatiran gangguan pasokan, meski pada saat tersebut infrastruktur masih beroperasi forbes.com+15discoveryalert.com.au+15discoveryalert.com.au+15.
  3. Proyeksi Harga Ekstrem

3. Peran Strategis Selat Hormuz

  • Jalur sempit ini merupakan jalur ekspor utama bagi 18–21 juta barrel per hari, sekitar 20% dari pergundahan minyak dunia discoveryalert.com.au+2discoveryalert.com.au+2en.wikipedia.org+2.
  • Iran secara simbolis mengancam penutupannya—dengan persetujuan parlemen—namun keputusan akhir masih berada di tangan Dewan Keamanan Nasional .
  • Kendati ancaman ini mendongkrak harga, ahli menilai realisasi penutupan kecil kemungkinannya karena merugikan Iran sendiri .

4. Respon Pasar dan Produksi Global

  1. Reaksi Produsen
    • OPEC+ dikabarkan menambah produksi hingga 5 juta barrel per hari, walau efeknya belum terasa penuh karena risiko pasar tfppwire.com.
    • Produksi AS tetap stabil, sedangkan Rusia mendapat keuntungan dari harga naik karena tidak terkena larangan selat .
  2. Pasokan vs Over-supply
    • Meski ada lonjakan awal—sekitar 8–10%—pasokan global tetap stabil. Cadangan dunia masih surplus dan stok di negara besar tidak terkuras finance.yahoo.com.

5. Dampak Makroekonomi Global

  1. Inflasi Global & Konsumen
    • Biaya energi langsung menyebar ke sektor transportasi dan logistik. Harga bensin bisa menembus $5/gallon, mengurangi daya beli rumah tangga .
    • JP Morgan memperkirakan kenaikan harga minyak dapat meningkatkan inflasi inti hingga +1,7 poin persen ft.com.
  2. Pertumbuhan Ekonomi
    • Otoritas pengambil keputusan di negara maju mungkin menghambat pemangkasan suku bunga, mempertahankan kebijakan moneter ketat .
    • Untuk negara berkembang—khususnya importir minyak seperti India atau Indonesia—akan mengalami defisit perdagangan yang melebar .
  3. Investor dan Aset-asing
    • Energi, terutama sektor minyak dan gas, menarik permintaan investor sebagai aset lindung nilai .
    • Secara bersamaan, obligasi dan mata uang komoditas tertentu melemah .
  4. Risiko Resesi

6. Proyeksi & Skema Skenario

SkenarioHarga MinyakDampak Utama
Normalisasi & pembicaraan damai$65–80/barrelInflasi moderat, resesi rendah
Disrupsi taktikal Hormuz$90–110/barrelInflasi tinggi, pertumbuhan tertekan
Pemblokiran penuh Hormuz$120–150/barrelGuncangan ekonomi global, risiko resesi

7. Pelajaran dari Krisis Sebelumnya

  • 1979: Krisis Revolusi Iran memicu harga minyak melonjak 100–150% meski Iran hanya memproduksi sekitar 4% dari total global .
  • 1990: Perang Teluk Pangkal Irak mengakibatkan lonjakan signifikan, namun pasokan cepat pulih saat perang berakhir .
  • Akhir konflik biasanya memicu koreksi tajam dan penurunan harga ke level normal.

Perang Iran–Israel telah mendorong harga minyak dunia naik 7–11%, mendorong WTI ke $74/barrel dan Brent mendekati $77/barrel.
Lonjakan ini sesungguhnya didorong premi risiko lebih dari kekurangan pasokan langsung—namun potensi ancaman terhadap Selat Hormuz memicu kekhawatiran besar. Dalam skenario terburuk, jalur ekspor utama ini bisa ditutup, mendorong harga hingga $120–150/barrel.

Namun jika ketegangan mereda dan OPEC+ memperlebar produksi, harga bisa kembali ke rentang $60–70/barrel hingga 2026. Sementara itu, pemerintah dan bank sentral harus bersiap menghadapi inflasi, defisit perdagangan, dan potensi penundaan pemangkasan suku bunga akibat biaya energi yang tinggi.

Exit mobile version