1. Latar Belakang Konflik
Pada pertengahan Juni 2025, ketegangan memuncak saat Israel melancarkan serangkaian serangan udara ke fasilitas nuklir Iran, diikuti oleh serangan balasan rudal oleh Iran ke pangkalan militer AS di Qatar . Konflik tersebut menimbulkan kekhawatiran global, karena Iran mengancam menutup Selat Hormuz—jalur vital bagi sekitar 20% pasokan minyak dunia entri.app+3people.com+3nypost.com+3.
2. Dampak Langsung terhadap Harga Minyak
- Lonjakan Harga Mendadak
- Brent naik 7–11% menjadi sekitar $76–77/barrel, sedangkan WTI menyentuh $73–74/barrel, setelah serangan terjadi entri.app.
- Awal kenaikan terjadi saat tanggapan militer Iran, namun harga bisa kembali turun setelah pasar mencatat situasi masih terkendali .
- Brent naik 7–11% menjadi sekitar $76–77/barrel, sedangkan WTI menyentuh $73–74/barrel, setelah serangan terjadi entri.app.
- Tingginya Risk Premium
Trader menambahkan premi risiko sekitar $10–15/barrel akibat kekhawatiran gangguan pasokan, meski pada saat tersebut infrastruktur masih beroperasi forbes.com+15discoveryalert.com.au+15discoveryalert.com.au+15. - Proyeksi Harga Ekstrem
- JPMorgan memperkirakan harga bisa melejit hingga $120–130/barrel jika Hormuz ditutup, meski mereka memperkirakan harga normal $60–67/barrel hingga 2026 investopedia.com+2businessinsider.com+2reuters.com+2.
- Goldman Sachs dan Citi memprediksi $90–110/barrel atau $90/barrel jika pasokan Iran terganggu jangka panjang en.wikipedia.org+4newsmax.com+4investopedia.com+4.
- JPMorgan memperkirakan harga bisa melejit hingga $120–130/barrel jika Hormuz ditutup, meski mereka memperkirakan harga normal $60–67/barrel hingga 2026 investopedia.com+2businessinsider.com+2reuters.com+2.
3. Peran Strategis Selat Hormuz
- Jalur sempit ini merupakan jalur ekspor utama bagi 18–21 juta barrel per hari, sekitar 20% dari pergundahan minyak dunia discoveryalert.com.au+2discoveryalert.com.au+2en.wikipedia.org+2.
- Iran secara simbolis mengancam penutupannya—dengan persetujuan parlemen—namun keputusan akhir masih berada di tangan Dewan Keamanan Nasional .
- Kendati ancaman ini mendongkrak harga, ahli menilai realisasi penutupan kecil kemungkinannya karena merugikan Iran sendiri .
4. Respon Pasar dan Produksi Global
- Reaksi Produsen
- OPEC+ dikabarkan menambah produksi hingga 5 juta barrel per hari, walau efeknya belum terasa penuh karena risiko pasar tfppwire.com.
- Produksi AS tetap stabil, sedangkan Rusia mendapat keuntungan dari harga naik karena tidak terkena larangan selat .
- OPEC+ dikabarkan menambah produksi hingga 5 juta barrel per hari, walau efeknya belum terasa penuh karena risiko pasar tfppwire.com.
- Pasokan vs Over-supply
- Meski ada lonjakan awal—sekitar 8–10%—pasokan global tetap stabil. Cadangan dunia masih surplus dan stok di negara besar tidak terkuras finance.yahoo.com.
- Meski ada lonjakan awal—sekitar 8–10%—pasokan global tetap stabil. Cadangan dunia masih surplus dan stok di negara besar tidak terkuras finance.yahoo.com.
5. Dampak Makroekonomi Global
- Inflasi Global & Konsumen
- Biaya energi langsung menyebar ke sektor transportasi dan logistik. Harga bensin bisa menembus $5/gallon, mengurangi daya beli rumah tangga .
- JP Morgan memperkirakan kenaikan harga minyak dapat meningkatkan inflasi inti hingga +1,7 poin persen ft.com.
- Biaya energi langsung menyebar ke sektor transportasi dan logistik. Harga bensin bisa menembus $5/gallon, mengurangi daya beli rumah tangga .
- Pertumbuhan Ekonomi
- Otoritas pengambil keputusan di negara maju mungkin menghambat pemangkasan suku bunga, mempertahankan kebijakan moneter ketat .
- Untuk negara berkembang—khususnya importir minyak seperti India atau Indonesia—akan mengalami defisit perdagangan yang melebar .
- Otoritas pengambil keputusan di negara maju mungkin menghambat pemangkasan suku bunga, mempertahankan kebijakan moneter ketat .
- Investor dan Aset-asing
- Energi, terutama sektor minyak dan gas, menarik permintaan investor sebagai aset lindung nilai .
- Secara bersamaan, obligasi dan mata uang komoditas tertentu melemah .
- Energi, terutama sektor minyak dan gas, menarik permintaan investor sebagai aset lindung nilai .
- Risiko Resesi
- Jika harga minyak mendekati $120–130/barrel, dunia bisa menghadapi tekanan stagflasi—pertumbuhan rendah dan inflasi tinggi—mirip krisis 1979 discoveryalert.com.au+2reuters.com+2investopedia.com+2.
- Jika harga minyak mendekati $120–130/barrel, dunia bisa menghadapi tekanan stagflasi—pertumbuhan rendah dan inflasi tinggi—mirip krisis 1979 discoveryalert.com.au+2reuters.com+2investopedia.com+2.
6. Proyeksi & Skema Skenario
Skenario | Harga Minyak | Dampak Utama |
Normalisasi & pembicaraan damai | $65–80/barrel | Inflasi moderat, resesi rendah |
Disrupsi taktikal Hormuz | $90–110/barrel | Inflasi tinggi, pertumbuhan tertekan |
Pemblokiran penuh Hormuz | $120–150/barrel | Guncangan ekonomi global, risiko resesi |
JPMorgan optimistis konflik ini masih tahap awal dan harga akan kembali ke kisaran $60–67/barrel discoveryalert.com.au+14reuters.com+14investopedia.com+14newsmax.com+15businessinsider.com+15thetimes.co.uk+15.- Goldman Sachs dan Citi memperingatkan bahwa $90–110/barrel bisa terjadi jika konflik berlarut .
- Worst case: peluang Hormuz ditutup penuh masih diperkirakan hanya sekitar 12–20%, tapi jika terjadi juta bisa memicu harga $120–130/barrel .
7. Pelajaran dari Krisis Sebelumnya
- 1979: Krisis Revolusi Iran memicu harga minyak melonjak 100–150% meski Iran hanya memproduksi sekitar 4% dari total global .
- 1990: Perang Teluk Pangkal Irak mengakibatkan lonjakan signifikan, namun pasokan cepat pulih saat perang berakhir .
- Akhir konflik biasanya memicu koreksi tajam dan penurunan harga ke level normal.
Perang Iran–Israel telah mendorong harga minyak dunia naik 7–11%, mendorong WTI ke $74/barrel dan Brent mendekati $77/barrel.
Lonjakan ini sesungguhnya didorong premi risiko lebih dari kekurangan pasokan langsung—namun potensi ancaman terhadap Selat Hormuz memicu kekhawatiran besar. Dalam skenario terburuk, jalur ekspor utama ini bisa ditutup, mendorong harga hingga $120–150/barrel.
Namun jika ketegangan mereda dan OPEC+ memperlebar produksi, harga bisa kembali ke rentang $60–70/barrel hingga 2026. Sementara itu, pemerintah dan bank sentral harus bersiap menghadapi inflasi, defisit perdagangan, dan potensi penundaan pemangkasan suku bunga akibat biaya energi yang tinggi.